Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang
yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta
merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih
dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan
aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan
diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan,
mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek
tersebut.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa pacaran dilarang
1. Pacaran itu bukan budaya Islam
Di Islam adanya
langsung nikah setelah melalui tahapan pengenalan (ta’aruf) secara
syar’i. Pacaran tidak dilarang, asal sudah muhrim. Karena kalau tidak,
akan mengarahkan pada perbuatan zina. Islam juga tidak menjadikan
faktor dunia, seperti harta, sebagai landasan utama untuk menikah. Yang
diutamakan adalah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Wah,
jelas ini lebih ‘hemat’ kan!
2. Pacaran itu bikin hati enggak bersih
Jika
hati itu ibarat papan kayu, maka pasangan hidup adalah pakunya.
Sementara lubang yang tertinggal di papan saat paku dicabut adalah
kenangan. Meski paku tak lagi bersarang, namun tubuh papan sudah banyak
bolongnya. Hati yang sudah sering dipakkai untuk pacaran, tentu sudah
banyak bolongnya, terisi kenangan-kenangan sama pacar. Jadinya kalau
sudah menikah, rasa gregetnya sudah banyak yang hilang. Kasihan kan
istri atau suami kita kalau kita kasih hati yang statusnya ‘sisa’.
Lagipula memang kita mau kalau dikasih hati yang ‘sisa’ sama istri atau
suami kita nantinya? Ingatlah, wanita yang baik untuk lelaki yang baik,
dan wanita yang tidak baik untuk lelaki yang tidak baik.
3. Pacaran itu boros uang
Uang
yang seharusnya bisa dihemat mendadak sering habis karena dipakai buat
antar jemput pacar, traktir makan pacar, nelpon dan SMS pacar, bayar
SPP pacar (masa iya?), dan lain-lain yang berkaitan dengan pacar.
Mending kalau uangnya cari sendiri, nah kalau masih minta orang tua?
Gengsi dong…
4. Pacaran itu boros pikiran
Masa muda
itu harusnya dipakai untuk belajar, belajar, dan belajar. Jadi hati dan
pikiran kudu bersih tuh. Nah, kalau sudah penuh dengan bayangan pacar,
bagaimana mau belajar dan mengukir prestasi? Daripada mikirin pacar,
mending mikirin deh tuh rumus matematika. Lagian, belum tentu juga pacar
mikirin kita sebagaimana kita mikirin dia.
5. Pacaran itu boros waktu
Sehari
ada 24 jam. Itu juga dibagi-bagi untuk tidur delapan jam, belajar di
sekolah kurang lebih delapan jam, lalu sisanya untuk antar jemput
pacar, nelpon pacar, kasih makan pacar, dan apa-apa sama pacar. Ah,
enggak bebas jadinya. Mending waktunya dipakai untuk hal lain yang
lebih jelas manfaatnya.
6. Pacaran itu boros tenaga
Sudah
capek pikiran, tentu tenaga terkuras saat pacaran. Ya itu tadi. Antar
jemput pacar, nelpon dan SMS pacar, kasih makan pacar, jalan-jalan sama
pacar, mijetin pacar. Aduh, capek deh… mending tenaganya buat olah
raga atau bantu-bantu orang yang lebih membutuhkan. Sudah sehat, dapat
pahala pula.
Nah, sejak saat itulah, saya berniat meski sudah
kaya raya nantinya (aamiin), saya tidak mau menempuh jalan pacaran.
Lewat jalan pintas saja, yakni langsung nikah! Toh, pacaran itu kan
untuk masa penjajakan atau kenalan. Kenapa juga harus buang-buang banyak
uang, waktu, tenaga, dan pikiran untuk berlama-lama kenalan? Bisa rugi
bandar saya.
Biarlah indahnya masa pacaran itu saya rasakan
setelah menikah nanti. Dalam balutan ridho Illahi dan dengan kesegaran
hati yang belum pernah terbagi, khusus untuk wanita muhrim yang telah
resmi menjadi istri pujaan hati.
Enggak mudah memang tidak
pacaran di tengah zaman millennium seperti ini. Tapi yakin deh, semua
akan indah pada waktunya. Dan saya merasa dada saya sudah makin tipis
karena sering dielus-elus sambil bilang, “Sabar… Sabar…” Semoga kalian
pun demikian. ^_^
“(Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” [QS. Ali
Imron (3): 8]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar